Suasana pembukaan Muskerwil III PWNU Jawa Timur di Graha Residence Surabaya, Ahad, 24 September 2017. (FT/IST)

SURABAYA | duta.co — Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) III Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur dibukan secara resmi Gubernur Jatim Dr H Soekarwo, di Graha Residence Surabaya, Ahad, 24 September 2017.

Kegiatan bertajuk “Percepatan Implementasi Program Strategis NU” dan diikuti seluruh pengurus PWNU Jatim termasuk lembaga, dan badan otonom serta utusan dari PCNU se Jawa Timur, itu akan berlangsung selama dua hari hingga Senin, (25/9/2017).

Ketua PWNU Jawa Timur, KH Mutawakkil Alallah mengatakan, Muskerwil ini sebagai ajang untuk mengevaluasi kinerja PWNU Jawa Timur dalam hal pelaksaan progam. Muskerwil juga sebagai bahan untuk mengoptimalisasi progam kerja yang sudah dirumuskan pada Konferwil dan sebagai bahan untuk Munas dan Konbes PBNU mendatang.

Pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo ini, juga menegaskan bahwa dalam Muskerwil ini akan membahas soal isu kebangsaan seperti upaya untuk menanggulangi gerakan radikalisme dan aksi nyata kemandirian ekonomi warga NU.

Selain melakukan diskusi keagamaan, Muskerwil III PWNU Jatim ini juga membahas pemberdayaan organisasi NU, pengembangan pendidikan, teknologi informasi, pemberdayaan ekonomi umat, pelayanan sosial, kesehatan dan tenaga kerja, pengembangan dakwah kekinian, status kewarganegaraan mantan teroris, hukum mobilisasi dana, dan pengelolaannya.

Tak kalah menarik, adalah paparan Gubernur Soekarwo. Pakde, demikian ia akrab dipanggil, menyingkap soal pertumbuhan ekonomi Jatim yang terus meningkat, salah satunya didukung oleh sektor UMKM, di mana sektor agrobisnis menjadi fokus utama. Untuk itu, sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan dan ekonomi umat, Pakde Karwo mengingatkan konsep pemberian nilai tambah pada sektor pertanian atau agrobisnis.

“Dalam ilmu pengetahuan disebut science and technology, jadi bahan baku diubah menjadi bahan jadi seperti pisang diolah menjadi keripik pisang, ini harus dilakukan di produsen atau petani. Setelah itu, industri perlu pembiayaan murah baru kemudian mereka bisa berkompetisi,” terang Pakde.

Masih menurut Pakde Karwo, permasalahan serius saat ini sebanyak 36,49 persen tenaga kerja di sektor pertanian hanya menyumbang 13,31 persen PDRB Jatim. Untuk itu, agar petani melakukan proses industri terhadap hasil produksinya, sehingga memberikan nilai tambah. Selain itu, dalam pengembangan industrinya mereka diberi suku bunga rendah.

Caranya, dengan membentuk koperasi petani yang terdiri dari tiga gapoktan untuk kemudian diberi bantuan seperti mesin giling penghasil beras premium. Ini dilakukan agar petani tidak menjual gabah kering panen tapi diolah menjadi gabah kering giling dan selanjutnya para petani diberi pelatihan soal packaging. Dan, NU yang berbasis masyarakat desa, bisa mengambil peran lebih jauh.

“Kami akan coba di lahan 10×200 hektar. Jadi tanahnya disewa, tenaga kerja dibayar. Nanti dua tahun bisa mengembalikan pinjaman tersebut atau tidak. Ini ditawarkan sekaligus untuk melihat apakah pemberian suku bunga rendah lebih tepat sasaran dibanding pemberian subsidi pupuk,” jelasnya sembari menambahkan langkah ini akan dilakukan untuk berbagai komoditi. Selain beras juga kakao, kopi, kerapu dll.

Dalam kesempatan sama, Pakde Karwo menjelaskan kinerja sektor pertanian di Jatim yang terus meningkat. Di mana  Jatim surplus beras sebanyak 5.135.177 ton beras untuk memenuhi 45,04 juta jiwa. Surplus ini juga terjadi di komoditas seperti jagung sebesar 5.717.790 ton.

Hingga Agustus 2017, beberapa komoditas juga tercatat mengalami surplus seperti cabai merah sebesar 1.480 ton, cabai merah keriting sebesar 635 ton, cabai rawit merah sebesar 16.815 ton, dan bawang merah sebesar 25.323 ton.

Pembangunan SDM Jadi Kunci

Pada kesempatan ini, Pakde Karwo menjelaskan bahwa pada Tahun 2019 nanti Jatim akan mengalami bonus demografi. Di mana jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun), mencapai 2/3 dari total jumlah penduduk. Fenomena ini harus diantisipasi dengan dual track pengembangan SDM, salah satunya pendidikan vokasional.

Pendidikan vokasional ini bisa melalui jalur formal yakni pengembangan SMK dan SMK mini, yang terus bekerjasama dengan berbagai negara seperti Jerman, Australia Barat maupun Amerika Serikat. Sedangkan sektor informal melalui pengembangan Balai Latihan Kerja (BLK) yang berstandar internasional.

“Konsep dan basis spiritual masyarakat Jatim sudah bagus, tinggal menambah keterampilan yaitu melalui pendidikan vokasional. Nanti kita juga akan masuk ke pesantren-pesantren dan Tahun 2018 nanti kita fokus di Madura,” terangnya.

Hadir dalam acara ini KH Miftachul Akhyar (Wakil Rais Aam PBNU), KH Anwar Manshur (Rais Syuriah PWNU Jatim), KH Hasan Mutawakkil Alallah (Ketua PWNU Jatim), Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf, Ketua DPRD Jatim Halim Iskandar dan Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini, Wakil Gubernur Jatim, Drs H Saifullah Yusuf, Ketua DPRD Prov Jatim Abdul Halim Iskandar dan pengurus PCNU se-Jatim. (ud)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry