MENGENASKAN: Hilarius, korban kasus 'Bom-boman' atau perkkelahian siswa ala 'gladiator' di Bogor. Petugas saat membongkar makamnya. (ist)

BOGOR | duta.co – Satuan Reskrim Polresta Bogor Kota menangkap empat pelaku kasus tawuran ‘gladiator’ yang menewaskan Hilarius Christian Even Raharjo (15), pelajar SMA di Bogor.

“Empat pelaku kita tangkap di tiga tempat berbeda, satu orang di Yogyakarta, satu orang di Bandung, dan dua lainnya di Bogor,” kata Kapolresta Bogor Kota Kombes Pol Ulung Sampur Jaya di Mapolresta Bogor, Kamis (21/9).

Ulung menyebutkan keempat pelaku telah ditetapkan sebagai tersangka masing-masing berinisial BV, MS, TB, dan HK. Ia menjelaskan, BV masih berstatus pelajar ditangkap di rumahnya di Yogyakarta. HK dan TB ditangkap di Bogor, sedangkan MS ditangkap di Bandung.

“Para tersangka ini tiga orang berstatus masih di bawah umur, hanya satu orang inisial TB yang sudah tidak sekolah lagi,” kata Ulung.

Ia mengatakan keempat tersangka memiliki peran masing-masing. BV adalah pelaku yang menjadi lawan duel korban hingga korban meninggal dunia. HK tersangka yang menyuruh dan juga melakukan duel dengan lawan lainnya. MS tersangka yang membiarkan dan ikut serta menjadi wasit.  Sedangkan TB yang melakukan dan juga menempatkan atau menyuruh melakukan duel.

“Aktor intelektual masih kita dalami, bagaimana asal mulai kegiatan itu masih dalam penyelidikan,” kata Ulung. Selain empat tersangka, polisi memburu PR dan T yag berperan menunjuk dan menyuruh korban untuk berduel dalam tradisi ‘bom-boman’ atau ‘gladiator’.

Ulu Hati Robek 4 Cm

Ulung melanjutkan, penetapan dan pengejaran terhadap para tersangka dilakukan setelah polisi memeriksa sejumlah saksi dan hasil otopsi jasad korban. Dari hasil otopsi itu diketahui bahwa penyebab kematian korban karena luka sobek sepanjang 4 cm di bagian ulu hati serta mengalami benturan keras.

“Begitu sudah diketahui hasil otopsi, kita langsung menetapkan tersangka dan penangkapan. Mereka tidak melawan saat ditangkap,” pungkasnya.

Keempat tersangka kini sedang dalam pemeriksaan oleh Badan Pengawasan (Bapas) setelah ditangkap Selasa (19/9). Sementara aparat kepolisian masih terus mendalami keterangan dari para saksi lainnya.

Hilarius tewas usai tanding ‘gladiator’ pada 29 Januari 2016. Awalnya kasus tersebut sudah ditangani oleh kepolisian tapi terputus karena pihak keluarga, sekolah yang dimoderatori Dinas Pendidikan, sepakat untuk menyelesaikan kasus secara damai.

Setelah kasus itu menjadi viral melalui curhatan ibu korban, Maria Agnes, kepada Presiden Joko Widodo,  kepolisian kembali membuka kasus tersebut.  Selasa (19/9), atas persetujuan keluarga, polisi melakukan pembongkaran makam untuk proses autopsi. Hasil autopsi sementara ada kerusakan organ dalam yakni hati korban robek dan benturan di hati.

Maria Agnes mengungkapkan kejadian nahas itu melalui akun media sosialnya dan menjadi viral. Ia mengatakan Hilarius Christian Event Raharjo mengembuskan napas terakhir akibat tindak kekerasan oleh pelajar dari sekolah negeri di bilangan Bantarjati, Bogor Utara, Kota Bogor.

Maria bercerita, dirinya baru tahu bila sebelum meninggal putranya sempat diadu di tengah lapangan basket. Pertarungan satu lawan satu tersebut disaksikan oleh puluhan pelajar lain.

“Kejadiannya sebelum pertandingan basket, Hila diminta untuk mewakili sekolahnya, padahal sudah menolak tapi dipaksa, beberapa pelaku promotor sudah dikeluarkan dari sekolahnya, tapi masih ada yang berkeliaran bebas, saya ingin semua yang terlibat mendapat hukuman,” katanya kepada wartawan di kediamannya di Gang Andon, RT 6/ 4, Kelurahan Batutulis, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jumat (15/9).

Ibunda Tahu setelah Hila Dimakamkan

Ia juga mengklarifikasi informasi yang beredar bahwa kematian putranya bukanlah disebabkan karena sakit. “Saya aja baru tahu setelah Hila dimakamkan. Ternyata Hila itu dibunuh, diadu dengan pelajar dari sekolah lain, saya tahu dari beberapa saksi dan surat pernyataan dari pelaku,” jelasnya.

Lebih jauh dia mengatakan, ketika itu, dirinya memang menolak dilakukan otopsi terhadap jasad Hila, sehingga kasus itu pun seolah menghilang begitu saja. “Tolong empati sedikit, anak saya yang sehat tiba-tiba disiksa hingga meninggal, kemudian harus menjalani otopsi, saya tidak mau dan akhirnya saya menyembunyikan diri saya,” tandasnya.

Diketahui, apa yang dialami oleh Hila adalah tradisi yang digelar pelajar dua sekolah ternama di Kota Bogor. Hila didesak rekan-rekannya untuk mengikuti tradisi ‘Bom-boman’ di lapangan basket SMA Negeri 7 Kota Bogor.

Maria Agnes kembali menjelaskan bahwa tradisi ‘Bom-boman’ adalah kegiatan dua pelajar berkelahi satu lawan satu sambil ditonton puluhan pelajar lain. “Biasanya disebut bom-boman, atau seperti gladiator yang ditonton banyak orang, tradisi itu sudah ada sekira tahun 2000an,” katanya.

Maria Agnes juga tidak menyangka putranya menjadi korban tradisi tersebut. “Bahkan Ketua OSIS pun ikut meminta Hila berkelahi, jadi seolah perkelahian itu menjadi sebuah hiburan semata,” katanya. hud, net

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry