Jajang C Noer yang juga istri Arifin membantah, bahwa film tersebut dalam arahan Orde Baru. (FT/IST)

JAKARTA – duta.co – Isi film G30 S/PKI digugat. Film besutan Arifin C Noer ini dituding sarat kepentingan Orde Baru. Tetapi, Jajang C Noer yang juga istri Arifin membantah, bahwa film tersebut dalam arahan Orde Baru. Salah satu yang meragukan keakuratan film itu adalah Ilham Aidit,  putra DN Aidit, salah satu tokoh PKI ketika itu.

Ilham menegaskan, Aidit itu tak merokok. Namun dalam film itu digambarkan ia sebagai salah seorang perokok berat dengan asap yang mengepul ketika memimpin rapat.  Padahal, ia melanjutkan, pernah Aidit rapat dengan petinggi-petinggi dan diminta untuk merokok. Aidit pun mencoba menghisap dan batuk.  “Pakar-pakar itu mem-bully Aidit,” ujarnya dalam diskusi di ILC, TV One, Selasa (19/9) malam.

Tak berhenti di sana, ia juga mempersoalkan tentang insiden di Lubang Buaya yang dinilai banyak kebohongan. “Tak ada tari-tari seperti digambarkan dalam film,” ujarnya. Yang ada kondisi di sana sepi.  Ia pun menilai sutradara film itu kurang riset.

Benarkah? Menggambar suasana mencekam seperti aslinya memang sulit. Tetapi, menyebut film G30 S/PKI yang disutradai oleh Arifin C Noer kurang riset dinilai kelewatan. Jajang C Noer istri Arifin membantah jika suaminya tak melakukan riset dalam pembuatan film. Hanya saja diakui, suaminya kesukaran mencari orang-orang PKI untuk dimintai keterangan soal sosok Aidit.

“Satu-satunya orang  PKI yakni Pak Sam. Ketika ditanya kebiasaan pak Aidit? Sam hanya menjawab ‘Dia biasa saja.’ Bagaimana tangannya? Sam mengatakan ‘ya biasa saja. Apakah dia merokok? Sam kembali mengatakan ‘ya biasa saja’.”

Mengapa Aidit digambarkan merokok, menurut Jajang, hal itu untuk mengekspresikan kegawatan saat itu. “Secara filemis itu merokok psikolog. asap untuk mendramatisir.” Artinya itu bukan substansi isi dari film tersebut.

Tapi soal pertanyaan fakta bahwa ada congkel mata, menurutnya ini dari pengetahuan yang disebarkan saat itu. Namun Arifin, kata ia, tak membuat congkel mata penyiksaan. Yang sedikit menggambar penyiksaan yakni perkataan  ‘darah itu merah jenderal’. “Tak ada congkel mata,” ujarnya.

Belakang berdasarkan hasil forensik juga terungkap memang tak ada penganiaan dengan jenderal. Jadi secara substansi masih sangat akurat. Soal lagu Genjer-Genjer, menurut Jajang lagu itu sedang hits saat itu. Ia pun membantah ada tarian-tarian seperti disebutkan Ilham. Menurut jajang, itu hanya mengikuti irama lagu ‘Darah Rakyat’.

Jajang C. Noer juga membantah jika pembuatan film G30 S/PKI diawasi atau dikontrol oleh rezim Orde Baru.  “Tak benar kami diawasi,” ujarnya.

Jawaban Jajang sekaligus menjawab beragam spekulasi yang beredar jika film itu diawasi dengan ketat. Jajang mengakui film itu memang pesanan dari pemerintah. Selain Arifin ada satu lagi calon sutradara yakni, Teguh Karya.

“Memang permintaan dari pemerintah yang sebelumnya telah bertanya ke mas Gunawawn (GM), GM bilang sutradara ada Teguh Karya dan Jajang C Noer. Lalu pak Dipa pilih Jajang,” ujarnya.

Suaminya, kata Jajang, membuat film itu dengan kecintaannya terhadap negeri ini. Hanya saja, ia tak menyangka jika film tersebut jadi propaganda yang wajib ditonton paksa.  “Mas Arifin tak mungkin mengerjakan sesuatu yang tak ia yakini,” ujarnya.

Pengamat Salim Said juga ragu jika Arifin C Noer dikontrol saat membuat film tersebut. Ini mengingat sosok Arifin yang cukup keras. Bahkan ia dibujuk berulangkali agar mau menyutradarai film tersebut.  “Dia keras, dan tak mungkin dikontrol. Mari kita menghormati almarhum sebagai seniman,” ujarnya. (rep)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry